Letaknya memang tidak persis di pusat kota, namun kampung kecil yang berjarak 4 km dari Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat ini sudah amat kemilau namanya. Maklumlah, Sekarbela sejak jauh-jauh hari tersohor sebagai kampung mutiara. Wow, bayangkan saja, mutiara gitu loh! Para pecinta perhiasan pasti akan menikmati kunjungan ke Sekarbela, sebab puluhan toko perhiasan berderet memamerkan kemilau aneka jenis mutiara. Harga yang cenderung miring dibanding produk serupa di daerah lain, plus tawaran berbagai jenis perhiasan lain berbahan emas, perak, dan batu-batuan berharga lainnya, makin memperkaya pilihan belanja.Sekarbela sebenarnya merupakan nama salah satu lingkungan (orang Jawa lebih familier menyebutnya sebagai dusun, red) di wilayah administratif Kelurahan Karang Pule, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram. Begitu memasuki jalan utama di kampung tersebut Jalan Sultan Kaharudin- Anda akan disambut dengan sederetan toko yang sekaligus difungsikan sebagai showroom berbagai macam perhiasan berharga, baik emas, perak, kecubung, safir, dan tentu saja mutiara yang menjadi primadona utama.
Jenis mutiara yang banyak diminati pengunjung kebanyakan yang berjenis mutiara air tawar karena harganya relatif jauh lebih murah, dibandingkan mutiara jenis air laut yang harganya per gram bisa mencapai ratusan ribu rupiah.
Menurut Lurah Karang Pule Muhfuddin Noor, sentra industri rumah tangga ini sudah dikenal sejak zaman kerajaan, meski ia tidak bisa memastikan di masa kerajaan yang mana industri ini berkembang. Yang pasti menurutnya, keahlian warga Sekarbela sebagai perajin emas dan mutiara itu sudah dilakoni secara turun-temurun. Konon, tuturnya, sebelum berkembang menjadi sentra pandai emas dan mutiara bermula dari keahlian salah seorang warga yang pintar membuat senjata tajam dari besi. Warga itu sering menerima pesanan dari raja untuk membuat senjata bagi pasukan kerajaan. Saking banyaknya pesanan yang dia terima, lantas keahlian itu disebarkan kepada warga lainnya yang kemudian mewariskannya secara turun-temurun kepada anak-cucunya.
Dalam perkembangannya, warga mulai belajar tidak hanya memandai besi menjadi senjata tetapi juga mendesain emas sebagai perhiasan. Jadilah Sekarbela sebagai sentra kerajinan perhiasan emas dan mutiara. Bahkan, saat ini usaha kerajinan itu menjadi mata pencaharian utama warga Desa Karang Pule. Jika dihitung dalam persentase bisa mencapai hampir 90 persen warga yang menggeluti usaha industri rumah tangga beromzet hingga ratusan juta rupiah itu baik sebagai perajin, penyetok bahan baku, maupun pengusaha.
Keahlian yang didapat secara turun-temurun itu dibenarkan oleh beberapa warga yang menuturkan, mereka tidak pernah belajar secara formal. Pembelajaran hanya dilakukan secara otodidak. Bahkan untuk belajar ke luar daerah pun, materi yang dipelajari sekedar teknik desain-desain baru yang menyesuaikan perkembangan zaman. Selain itu, meski omzet yang didapat dari masing-masing showroom cukup besar, sistem manajemen yang mereka terapkan masih menganut sistem manajemen lokal yang bersifat kekeluargaan. “Meskipun kerajinan emas dan mutiara ini pemasarannya sudah sampai ke luar daerah dan mancanegara, mereka belum bisa menerapkan pengelolaan manajemen yang bagus, semua hanya dikelola secara kekeluargaan,” terang Muhfuddin.
Biasanya, para perajin itu mendapatkan bahan baku emas dan perak berasal dari Jawa, terutama dari Surabaya. Sedangkan untuk mutiara dipasok dari Pulau Sumbawa dan wilayah Pantai Senggigi, sebab mutiara memang dibudidayakan di sana. Jadi di Sekarbela hanya murni sebagai perajin sedangkan di dua lokasi budidaya itu sendiri justru tidak ada perajin mutiara. Dulunya, meski sudah dikenal sebagai sentra kerajinan emas, perak, dan mutiara, namun hasil kerajinan dijual ke luar Sekarbela. Baru enam tahunan belakangan warga mulai membuka toko dan showroom di Sekarbela setelah dirasa kualitas hasil kerajinan mereka disadari cukup mampu bersaing di pasaran.
Haji Muzhar, pemilik Toko Golden-lah orang yang pertama kali berinisiatif membuka toko di Sekarbela, sekaligus mendirikan koperasi bagi pengusaha dan perajin emas, perak, dan mutiara di sana. Koperasi yang diberi nama Sekarbela Utama itu sejak didirikan tahun 2002 sekarang ini beranggotakan 66 orang yang profesinya bermacam-macam, ada yang memang pengusaha pemilik toko emas-mutiara maupun perajin.
Mataram Craft Centre
Ketenaran Sekarbela sebagai kampung mutiara tidak diimbangi dengan adanya penyediaan sarana dan prasarana pendukung, minimal seperti fasilitas lokasi parkir untuk mobil dan bus-bus berukuran besar contohnya. Padahal kebanyakan pengunjung yang bertandang ke Sekarbela adalah rombongan wisatawan dari luar kota/daerah yang mayoritas menggunakan mobil maupun bus sebagai sarana transportasinya. Ketiadaan sarana parkir itu diperparah dengan kehadiran cidomo (cikar, dokar, dan mobil alias kereta kuda khas Lombok, red) yang sengaja mangkal dan memenuhi hampir seluruh bahu jalan di jalan utama yang relatif tidak terlalu lebar itu.
Meski demikian, sebenarnya ada juga bentuk kepedulian dari pihak pemkot setempat guna menampung sekaligus meningkatkan kapasitas transaksi dan kunjungan wisatawan ke Sekarbela. Yakni dengan dibangunnya Mataram Craft Centre (MCC) di dekat lokasi utama kampung mutiara itu. Pembangunan gedung bekas areal Pasar Pagesangan yang berlantai dua itu dimaksudkan sebagai pusat pasar seni di Mataram. Namun sayangnya sejak dibuka pada tahun 2004 operasionalisasi MCC terlihat belum efektif.
Dari dua lantai bangunan toko yang lumayan megah dengan simbol di gerbang berupa patung besar seorang perempuan Sasak tengah menyunggi mutiara yang baru dipanen itu hanya 25 persen terisi. Itu pun semuanya berada di lantai bawah. “Di atas (lantai atas, red) semuanya masih kosong, nggak laku karena dianggap masih rawan dan sepi apalagi untuk berjualan perhiasan seperti ini,” ucap Tahrir, pemilik toko emas.
Kunjungi juga Wisata Lainnya
1 komentar:
lombok itu emang super duper keren saya ke sana pakai travel wisata fiesta indonesia puas banget, dan lomboknya mantap www.facebook.com/fiestaindonesia/
Posting Komentar