Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang terdiri dari Pulau Lombok, Sumba dan Sumbawa merupakan bagian gugusan pulau di wilayah kepulauan Nusa Tenggara yang sangat kaya akan seni budaya yang khas dan unik. Selain dikenal karena berbagai upacara adatnya yang khas, provinsi NTB juga dikenal memiliki potensi yang sangat besar dalam bidang industri kerajinan. Salah satu produk kerajinan khas NTB yang kini sudah mulai banyak dikenal kalangan pecinta barang seni dan produk kerajinan adalah kerajinan anyaman Lombok yang terbuat dari berbagai jenis bahan baku seperti bambu, rotan dan ate atau keta (sejenis rumput gunung). Perpaduan antara seni kerajinan anyaman bambu, rotan atau rumput gunung yang dikombinasikan dengan bahan kayu menghasilkan kombinasi berupa barang kerajinan yang sangat serasi dan indah.
Sentuhan bahan pewarna yang umumnya mirip dengan warna alami dari komponen bahan bakunya semakin menambah keindahan barang kerajinan khas Pulau Lombok, provinsi NTB itu. Tidak mengherankan apabila kalangan pecinta barang kerajinan dan barang seni selalu memburu barang kerajinan anyaman khas Pulau Lombok, NTB itu, baik di berbagai ajang pameran barang kerajinan maupun bertandang langsung ke sentra-sentra industri kerajinan anyaman di NTB.
Menurut penuturan Murtimah, salah seorang pengusaha barang kerajinan anyaman dari Pulau Lombok, NTB, industri kerajinan anyaman di Lombok kini sudah cukup berkembang dan produknya sudah cukup dikenal kalangan pecinta barang kerajinan dan barang seni, baik dari dalam maupun luar negeri. Hal itu terjadi berkat kerja keras para perajin yang secara terus menerus mengembangkan model-model baru barang kerajinan anyaman, namun tetap tidak meninggalkan unsur seni dan budaya tradisional Lombok yang merupakan ciri khas bagi setiap produk kerajinan tersebut.
Murtimah sendiri mengaku terjun di bidang usaha industri kerajinan anyaman khas Pulau Lombok NTB sejak tahun 1998. Namun jauh sebelum itu, yaitu sejak tahun 1988, Murtimah sudah berkecimpung dalam industri kerajinan itu walaupun ketika itu masih bekerja pada orang lain. Dengan berbekal pengetahuan dan pengalaman selama bekerja pada orang lain itulah serta dengan modal usaha yang paspasan, Murtimah mulai membuka usahanya sendiri pada tahun 1998 dengan mendirikan rumah produksi dan galeri Wira Jagad Art Shop.
Ternyata, setahap demi setahap usaha industri barang kerajinannya memperlihatkan kemajuan yang sangat signifikan. Bantuan modal kerja dari perbankan pun mulai mengalir sejalan dengan terus berkembangnya usaha industri barang kerajinan milik Murtimah. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Murtimah. Bantuan permodalan berupa pinjaman lunak dari Bank Mandiri pun dia manfaatkan untuk mengembangkan usahanya agar bisa tumbuh lebih besar lagi.
Kini Murtimah sudah berhasil memproduksi sekitar 350 model barang kerajinan anyaman. Kadang-kadang Murtimah juga memperoleh pesanan pembuatan barang kerajinan anyaman dari pembeli dengan desain yang sudah dibuatkan oleh pihak pembeli. Namun tidak jarang juga pembeli menyerahkan masalah desain tersebut kepada Murtimah sendiri.
Walaupun demikian, sebagian besar produksi barang kerajinan anyaman yang dilakoni Murtimah umumnya dilakukan berdasarkan pesanan. Pesanan dari Denpasar- Bali saja setiap bulannya mencapai Rp 100 juta dimana setiap dua hari sekali barang kerajinan anyaman buatan Murtimah dikirim dari Pulau Lombok NTB ke Bali.
Selain memasok barang kerajinan anyaman ke Bali, Murtimah juga secara kontinyu mengirimkan barang kerajinan hasil produksinya ke berbagai kota besar lainnya di tanah air seperti Jakarta dan Surabaya. Bahkan sudah beberapa tahun terakhir ini Murtimah juga melakukan kegiatan ekspor produknya ke Malaysia. Nilai ekspor produk barang kerajinan anyaman Murtimah ke Malaysia rata-rata mencapai Rp 250 juta setiap bulannya.
Biasanya pembeli dari Malaysia menentukan jenis barang yang akan dibelinya apakah terbuat dari anyaman bambu, rotan atau ate. Namun kebanyakan pembeli dari Malaysia memesan barang kerajinan anyaman yang terbuat dari bambu. Tampaknya kalangan pembeli dan pecinta barang kerajinan anyaman di Malaysia lebih menyukai anyaman dari bambu.
Murtimah dengan Wira Jagadnya rata-rata mampu memproduksi sekitar 10.000 unit barang kerajinan berukuran kecil setiap bulannya. Sedangkan untuk barang kerajinan berukuran besar, Murtimah mampu mempoduksi sekitar 1.500 unit setiap bulannya. Bahan baku untuk pembuatan barang kerajinan anyaman itu tidak sulit diperoleh karena umumnya material dasar untuk pembuatan barang kerajinan anyaman tersedia cukup melimpah di wilayah NTB.
Berbagai barang kerajinan anyaman produksi Murtimah biasanya dijual dengan kisaran harga antara Rp 10.000 per unit sampai Rp 250.000 per unit, tergantung kepada ukuran barang, model dan bahan.
Kini, selain memasarkan barang kerajinan anyaman yang dihasilkan dari bengkel kerjanya sendiri, Murtimah juga memasarkan produk kerajinan yang dihasilkan oleh para perajinan barang anyaman di wilayah NTB. Murtimah menjalin kerjasama dengan 10 pedagang penampung yang masing-masing membawahi sekitar 40 orang perajinan. Dengan demikian, melalui jaringan usahanya itu, Murtimah berhasil mengkoordinasikan sekitar 400 orang perajinan anyaman di NTB. Para perajin itu umumnya mengerjakan kegiatan produksi barang kerajinannya sampai barang itu menjadi barang setengah jadi, sedangkan tahap penyelesaian (finishing) bisanya dikerjakan sendiri oleh perusahaan Wira Jagad milik Murtimah.
0 komentar:
Posting Komentar